Senin, 29 Desember 2008

1430 H

Pergantian Tahun
Oleh AHMAD SAHIDIN

TAHUN Baru ditandai berakhirnya penanggalan. Ia berganti jadi yang baru. Sebuah masa yang belum dialami sebelumnya dan insya Allah disongsong. Setiap tanggal 1 Januari masyarakat dunia merayakan Tahun Baru Masehi. Tak jarang sebagian umat Islam pun ikut.

Hal ini dkarenakan ketidaktahuan bahwa Islam pun mempunyai sistem penanggalan tersendiri. Hijriyah nama kalender Islam, yang diambil dari peristiwa hijrah Nabi Muhammad Rasulullah saw beserta umat Islam dari Makkah ke Madinah.

Sebagian ahli sejarah berpendapat, penanggalan dalam Islam dimulai sejak masa Umar bin Khattab menjadi khalifah. Tepatnya pada 638 M, yaitu 6 tahun setelah wafatnya Rasulullah saw, ia menetapkan kalender Hijriah yang berdasarkan sistem lunar sebagai basis penanggalan Islam. Lahirnya penanggalan ini dilatarbelakangi adanya seorang utusan khalifah yang berkunjung ke Yaman. Ia mengkabarkan pada khalifah bahwa orang Yaman menuliskan tanggal dalam surat-suratnya. Maka sejak itu Umar bin Khattab memerintahkan pembuatan penanggalan. Riwayat yang lain mengatakan, seorang penguasa protes terhadap surat yang dikirim khalifah karena tidak jelas mana surat yang ditulis duluan mana yang belakangan—maklum tidak ada tanggalnya.

Harus diakui fungsi adanya kalender hijriyah ini. Selain untuk mengetahui kapan bulan puasa Ramadhan, melaksanakan haji atau kelahiran Nabi Muhammad saw, juga untuk mengenal peristiwa-peristiwa bersejarah Islam lainnya.

Meski tak ada penjelasan sejarah, namun pemilihan 1 Muharram sebagai awal tahun Hijriyah didasarkan atas keutamaan atau peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di bulan tersebut. Banyak kisah yang menceritakan bahwa di bulan Muharram, Allah menyelamatkan para Nabi dari marabahaya dan Allah melarang pertumpahan darah. Sebagaimana disebutkan dalam al-Quran surat At-Taubah ayat 36, bahwa sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah sebagaimana disebut di Kitabullah ada 12 bulan sejak Allah menciptakan langit dan bumi, dan terdapat empat bulan di dalamnya merupakan bulan yang diharamkan, salah satunya bulan Muharram.

Bila dilihat dari bahasa, kata muharram berasal dari kata harrama—yang mengalami perubahan bentuk menjadi—yuharrimu-tahriiman-muharraman-muharrimun. Arti muharraman sendiri adalah yang diharamkan. Apa yang diharamkan? Jelas pertumpahan darah dan perang atau yang dapat menghilangkan jiwa manusia. Intinya, Muharram sebagai awal Tahun Baru Islam merupakan bulan untuk mensucikan diri melalui berbagai ibadah, baik ritual maupun sosial.

Tahun baru Islam tak hanya perpindahan tahun dan mengingat perjalanan panjang hijrah Rasulullah saw beserta umatnya ke Madinah, tapi juga sebuah momentum perubahan diri. Alangkah ruginya apabila Tahun Baru ini tidak menjadi momentum perubahan. Bukankah Rasulullah saw mengingatkan, barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung. Inilah orang yang bahagia, yang tidak terlindas badai-badai zaman. Dengan bergantinya tahun, mari kita berbuat dan melakukan perubahan agar hidup bahagia dan lebih baik. Setidaknya berubah dari, yang asalnya tak sering berjamaah menjadi shalat berjamaah. Asalnya sering shalat di rumah beralih shalat berjamaah di masjid. Tadinya sering membentak anak, tahun baru ini mulai mengurangi bentaknya, bahkan kalau bisa langsung mengubahnya menjadi sosok yang arif dan bijaksana. Perubahan-perubahan akhlak dan mentalitaslah yang perlu diwujudkan di tahun baru ini. Jika hanya perubahan fisik dan aksesoris hidup, tahun baru hanya akan sekadar pergantian kalender saja tanpa ada makna atau dampak positif yang membuat hidup makin baik. Saya kira hal ini yang perlu kita renungkan di tahun baru 1430 Hijriah dan 2009 Masehi ini. Selamat merenung!

24-12-2008

 

© 2007 SUNANGUNUNGDJATI: 1430 H