Kamis, 03 April 2008

Mencari

Mencari The True Leader (1)
Oleh ANDRIYANS

“seorang pemimpin sejati adalah orang yang memimpin bukan karena syafaat (kronisme). Maka barang siapa yang memimpin karena syafa’at. Maka ia pun akan di turunkan dengan syafa’at. Tetapi pemimpin sejati adalah yang lahir dari pembinaan dan penderitaan. Maka barang siapa yang permulaannya tidak membakar, maka akhirnyapun tidak akan cemerlang “

menyelami problematika indonesia yang begitu kompleks di perlukan sebuah pemahaman yang mendalam akan kondisi bangsa ini. pencarian mendalam akan sebuah permasalahan dan mengurainya secara detail menjadi hal utama agar permasalahan indonesia ini terselesaikan.

Meskipun kita semua sangat paham akan kondisi bangsa ini dengan setumpuk permasalahan. namun ada hal yang sangat mendasar bagi saya secara pribadi melihat problem bangsa ini. problem yang mendasar negeri ini terletak pada permasalahan kepemimpinan yang tidak bisa membawa negeri ini keluar dari permasalahannya.

pada kesempatan ini yang tidak hendak mencela kegelapan,namun lebih lebih baik kita menyalakan lilin agar kegelapan itu sirna. dalam bukunya “Menyiapkan Momentum” karyanya Rijalul Imam dalam bagian Tafsir Muslim Negarawan di katakan. bahwa kepemimpinanlah menjadi tolak ukur akan keluar ataukah tidaknya Indonesia pulih dari krisis. karena jika perhatian terhadap aspek kepemipinan ini di abaikan maka dapat di prediksikan bangsa ini akan berjalan sendiri-sendiri dan bubar sebagai negara kesatuan. namun sosok pemimpinan seperti apakah yang bisa menyelamatkan bangsa ini dari krisis multi demensi? itulah kira-kira yang ingin saya berbagi pada kesempatan hari ini.

islam sebagai agama sekaligus ideologi telah berbicara banyak masalah konsepsi kepemimpinan baik secara tekstual maupun kontekstual. Kepemimpinan atau dalam bahasa arab di sebut dengan Qiyadah memiliki pegertian sebagai berikut.: Qiyadah adalah : suluk ( perilaku ) yang di miliki seseorang di tengah interaksinya dengan individu-individu jamaah. Ia bersifat amaliyah sulukiyah dan interaksi jama’I dimana di dalamnya ada aktifitas yang terarah dan berpengaruh, di samping ia bersifat focus dan kuat. Ada beberapa unsure-unsur pokok dalam persepsi islam mengenai qiyadah dalam pengertian diatas yaitu :

1. individu yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan islami, dimana ia mampu memimpin suatu kelompok,serta islam yang menjadi dasar pijakan kepemimpinannya

2. individu itu mampu mempengaruhi perilaku-perilaku individu yang lainnya dengan cara islami dalam rangka mewujudkan tujuan-tujuan yang telah di rumuskan

kemudian daripada itu perlu kita pahami sejak awal bahwa kepemimpinan dalam persepsi islam bukanlah harta rampasan perang yang bisa di nikmati oleh pemimpin dan bersenang-senang dengan segala pujian dan sanjungan tetapi ia ( kepemimpinan ) adalah beban dan ketundukan. Karena menurut persepsi islam bahwa kepemimpinan itu adalah beban yang harus di pertanggung jawabkan bukan sesuatu yang menyenangkan dan kita bersenang-senang dalam kempimpinan. Selain daripada itu kepemimpinan di katakan sebagai suatu ketundukan terhadap hukum dan tanggung jawab terhadap orang yang di pimpinannya untuk kemudian melayani yang di pimpinnya. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini saya ingin kemudian klarifikasi pemahaman kepemimpinan ,yang sebagian besar orang memahami kepemimpinan sebagai sesuatu puncak kesenangan dimana kita bisa melakukan sekehendak kita atau merealisasikan keinginan – keinginan kita. Akan tetapi sekali lagi inti dari kepemimpinan adalah beban ( tanggung jawab ) dan ketundukan kita terhadap aturan ilahiyah dan orang-orang yang kita pimpin.

Seorang Pemimpin sejati adalah orang yang kemudian mampu membawa orang-orang di belakangnya menuju pada perubahan dan kemajuan.

Model-model kepemimpinan dalam Islam

Setiap pemimpin sudah barang tentu memiliki karakteristik dan kelebihan masing-masing dalam menjalankan roda kepemimpinannya. Al-Quran sebagai panduan dan petunjuk kaum muslimin banyak menceritakan model kepemimpinan di masa lalu yang sukses membawa umat manusia dalam puncak peradabannya. Diantara model – model kepemimpinannya adalah sebagai berikut :

1. Model Kepemimpinan Militeristik

Model pemeritahan militer ini banyak sekali di anut oleh banyak negeri di dunia, apalagi negeri yang sedang di timpa konflik. Pemimpin yang mempunyai kekuatan Fisik yang tangguh dan kekuatan mentalitas yang handal sangat di perlukan dalam kondisi ini. Tipe pemerintahan ini sangat cocok di terapkan di Negara yang sedang perang. Di butuhkan pemimpin yang tegas. Kelebihan kepemimpinan model seperti ini telah allah agmbarkan dalam al-quran surat Al-Baqarah ayat 247 :

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu”. Mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?” (Nabi mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.”.

2. Model Kepemimpinan Akademisi

Model kepemimpinan seorang akademisi mempunyai peranan tersendiri dalam kepemimpinan sebuah Negara. Di Negara kita pun pernah di pimpin oleh seorang akademisi yaitu B.J Habibie. Dan model kepemimpinan ini telah AL-Quran Jelaskan dalam surat Yusuf ayat : 55 : “Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan.”

Nabi Yusuf menjadi sorang pemimpin di tengah kerajaan mesir di karenakan Nabi Yusuf mempunyai keunggulan untuk mengelola keuangan mesir pada waktu itu yang sedang mengalami masa paceklik.

3. Model Kepemimpinan Civil

Model kepemimpinan Civil memiliki tempat yang cukup signifikan dalam kancah perebutan kepemimpinan di sebuah negeri. Model seperti ini akan kita temukan dalam kisah nabi Musa As. Yang menjadi orang yang mampu pemimpin rakyat bani Israel yang berjuang melawan Tirani Firaun pada waktu itu. Nabi Musa mampu memobilisasi Kaumnya untuk kemudian melawan pemimpin mesir pada waktu itu. Walaupun tidak sedikit dari kaumnya yang kemudian mengkhianati nabi Musa. Nabi musa dengan kaumnya berjuang untuk kemudian bias keluar dari mesir untuk kemudian menyelamatkan kaumnya dari Firaun. Nabi musa dianugerahi risalah kenabian ketika masih muda pada waktu itu.

“Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami berikan kepadanya hikmah (kenabian) dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” ( QS-Al-Qashash ayat 14 ).

 

© 2007 SUNANGUNUNGDJATI: Mencari