Kamis, 16 Juli 2009

Sanyun

Sulitnya Budaya Santun
Oleh REZA SUKMA NUGRAHA

Sunan Gunung Djati-Minggu lalu saya menulis sebuah opini non-komersial alias surat pembaca. Beberapa hari kemudian, surat tersebut dimuat di Pikiran Rakyat edisi Jumat, 19 Juni 2009. Berikut isi suratnya.

***

Rakyat Tahu Mana yang Harus Dipilih

Musim kampanye pada pemilu di tingkat mana pun hanya memberi satu pelajaran penting bagi masyarakat Indonesia. Disebut sebagai sebuah pelajaran karena hanya satu hal itu yang paling diingat oleh masyarakat. Yaitu, saling menjual pencitraan masing-masing (kandidat maupun partainya). Pelajarannya, yakni jangan terlalu percaya pada orang lain! Walaupun, orang itu orang terhormat sekaliber calon presiden dan wakil presiden.

Maka sebetulnya, masyarakat tak kaget dengan peristiwa yang terjadi dalam kampanye pilpres ini. Saling klaim keberhasilan dan menyindir pasangan lain. Walaupun banyak literatur, pemberitaan, catatan, dan suara rakyat di berbagai media yang meminta keikhlasan para kandidat untuk tidak melakukan hal-hal (yang mereka tahu sendiri bahwa itu perbuatan) keji. Dengan saling menyerang, mulai dari para tim sukses hingga kandidat itu sendiri. Kemudian mengklaim keberhasilannya sendiri, mengobral janji-janji yang (terlihat) sulit untuk ditepati, dan lain-lain.

Oleh karena itu, saya sangat berharap Tuhan masih mau melindungi rakyat Indonesia. Di antaranya, dengan mengabulkan doa saya, yaitu agar mereka membaca surat ini dan menyadari perbuatannya lalu merealisasikannya. Kalau saja para kandidat dan tim suksesnya bersikap santun, apa adanya, jangan didramatisir, tidak agresif, tidak menyerang, tidak takabur dengan keberhasilan, rakyat tahu siapa sebenarnya yang layak dipilih.

Mohon, para politisi jangan mengelak dengan beretorika macam-macam tentang tulisan ini. Saya yakin, mayoritas rakyat Indonesia menyetujui apa yang saya katakan. Karena saya tahu tuntutan semacam ini sungguh sulit dilaksanakan. Kecuali atas kehendak Tuhan dan ada keajaiban.

***

Pada hari itu, koran PR pun menyebar di beberapa wilayah di Jawa Barat. Beberapa jam kemudian setelah koran PR tersebar, saya pun dapat short message service (sms) dari sms. Sms itu berisi cacian. Dugg! Saya agak terbata-bata membacanya.

Ini baru kali kedua saya mengirimkan surat pembaca. Surat pertama dulu tidak sampai memuat reaksi orang. Jadi, saya tidak tahu, apa ini kebiasaan berpolemik di surat pembaca, yaitu mengirimkan sms. Masalah sms sendiri, karena saya mencantumkan nomor handphone saya. Hal tersebut, saya kira sebagai sebuah etika menulis surat pembaca agar tidak dinilai surat kaleng dan tidak bertanggung jawab.

Kembali ke cacian. Hati saya tersentak setelah membaca kalimat-kalimatnya. Intinya ia tidak setuju kalau saya membingungkan perilaku capres di negeri ini karena di negeri orang seperti Amerika Serikat, hal seperti itu sudah biasa. Saya jadi berpikir keras, apa layak kebudayaan Barat (AS) harus disamakan dengan kebudayaan santun Timur (indonesia)?

Tapi beberapa menit kemudian, muncul sms lagi dari sebuah nomor. Setelah saya baca, sms itu juga berisi persetujuan dengan sikap saya. Saya pun agak terobati dengan sms tersebut. Kemudian ada sms lagi. Lagi. Lagi. Wah, ternyata banyak bermunculan sms dari para pembaca PR. Mereka membaca surat pembaca saya dan memberikan tanggapan. Sms itu juga berisi pujian, saran, dan juga cacian!

Satu sisi, ada kepuasan. Karena tulisan saya ternyata bisa menimbulkan polemik walaupun bukan berupa opini atau artikel “berbayar” lainnya. Ini cuma surat pembaca. Apalagi membaca tanggapan positif. Saya pikir manusiawi kalau kita merepon positif pada orang yang berlaku “baik” pada kita.

Di sisi lain, saya juga agak shock! Hal tersebut karena saya membaca tanggapan yang negatif bahkan cenderung berpendapat kasar. Bahkan ada yang membawa-bawa reputasi kampus dan cacian dengan kata-kata kasar, Hal ini juga manusiawi. Tapi saya sadar betul ini cuma ujian mental semata. Yang saya prihatinkan, ternyata di bawah para capres dan cawapres, masih banyak orang-orang yang tidak santun juga. Walah, benar yang saya tulis di akhir surat bahwa tuntutan semacam ini sulit dituruti, keculai atas kehendak Allah dan ada keajaiban.

Note :

Berikut sms yang masuk di inbox handphone saya.

Dari 081221554855

Tulisan Bodoh tdk berbobot, di AS aja debat saling serang dah biasa ini Politik bung jgn sok Tahu Sombong

Dari 085221205251

SY SETUJU DGN ANDA, SDR REZA! SY HARAP, ANDA & TMN2 ANDA BISA MENSOSIALISASIKAN PEMIKIRAN TSB KPD RAKYAT INDONESIA. TP BUKAN BERARTI GOLPUT KAN?! MENGAPA SY MEMINTA ANDA MENSOSIALISASIKAN PEMAHAMAN & PEMIKIRAN TSB, KRN TDK SMUA ORANG INDONESIA BISA MMBELI & MMBACA KORAN.

Dari 0818218677

Nak reza. sy bc tulisannya di pr hr ini. bagus dan mewakili hati nurani sy.

Dari 085220030222

Ass,,,sblm ny maaf kalo ganggu?td ak bc d srt pembc pr, truz ak liat reza kul d uin cibiru, blh tanya sesuatu ga? D uin tu adajursn sains biologi ga?dblz ya?

Dari 081572802009

Asslm, gw bc Opini km d PR tntng “rkyt taU mn yg hrs d Lih” yUpZ gw stuju bgt,”Lnjutkn”,,,nO 2

Dari 08122323901

Ass reza, sy setuju bgt dg pendapat antum, cuman tlg tak usah menggurui tak semua org pnya plhanspt antum ini sistem yg jelek kt cariyg plg sdkt mandharotnya

Dari 085624765845

Asw. Sy atun anesti mhsiswi pend. mtk Unpas. Mbaca srt pembca yg dtulis a reza, cukup menarik. Jd dr k 3 calon presidn nt ad ga yg sjalan dgn pndpt a ?

Dari 085220071149

Eh reza lo tak usah lebay sok bawa2 kampus segala d surat pembaca, eh lotau gak kampus lo tuh NORA,KAMPUNGAN,KRG PEMINAT!! Biaza aja kl jd orang!

 

© 2007 SUNANGUNUNGDJATI: Sanyun