Kamis, 26 Februari 2009

Nabi

Nabi Kambing
Oleh BAMBANG Q ANEES

Sunan Gunung Djati–Ini dongeng buat kita dari Muhammad Iqbal, tak hanya didengar namun juga dapat dijadikan sebagai cermin.

Alkisah dahulu kala, sekawanan kambing hidup bebas di padang rumput yang luas. Mereka hidup aman sentosa, dan dapat berkembang biak dengan leluasa. Tenaga kambing-kambing ini pun begitu kuatnya sampai-sampai sanggup menghalau semua ancaman dari binatang pemangsa.

Waktu berlalu, situasi pun berubah. Bencana mendatangi kawanan kambing itu, dari hutan belantara muncullah kumpulan harimau yang memburu mereka. Memangsa mereka semua. Merebut serta menjajah, harimau-harimau itu merebut kemerdekaan kawanan kambing. Padang rmput hijau itu lalu banjir oleh darah kambing. Sebagian besar kambing-kambing itu mati, kecuali seekor kambing tua yang licik, penuh tipu daya.

Kambing tua itu marah atas kebiadaban sang harimau, ia bertekad mengembalikan kejayaan masa lalunya. Kambing tua itu berpikir, kekuatan yang ia miliki tak mungkin dapat melawan keperkasaan harimau. Kambing tetaplah kambing, tak mungkin sekuat harimau. Kalau ia bermimpi merubah dirinya menjadi kambing seperti ksatria baja hitam itu semua hanya isapan jempol, hanya ada dalam dongeng anak-anak. Maka, kambing tua itu menyusun rencana, “Saya harus merubah harimau itu berhati kambing!” Rencana ini sebenarnya agak mustahil, namun lebih mungkin daripada menumbuhkan cakar pada kaki kambing atau menanam taring pada mulut kambing.

Lalu kambing itu mendatangi kawanan harimau dan mengaku dirinya sebagai Nabi. Ia mendapat ilham atau wahyu dari Tuhan untuk kawanan harimau. Nabi Kambing itu berkata pada kawanan harimau.

“Wahai kawanan harimau yang bengis, yang selalu membuat bencana dan menumpahkan darah di seantero padang rumput. Aku memperoleh kekuatan ruhani pada malam tadi. Ya…sejak malam tadi aku adalah Nabi, utusan Tuhan untuk kalian. Aku datang bagai pelita buat mata buta kalian. Aku membawa kabar gembira, bertobatlah kalian semua.

Wahai kaum pendosa, kembalilah ke jalan yang penuh cahaya
Kita semua, tanpa kecuali, pasti mengalami bencana
Keteguhan hidup duniawi tergantung bagaimana kita menahan diri
Ruh orang shaleh gemar akan makanan yang sederhana saja
Makan sayur mayor membuka jalan menuju cahaya Tuhan
Gigi yang tajam mengundang bencana.

Bila kalian tetap pada kebiasaan lama, akan butalah mata kalian…” Nabi Kambing itu berhenti sejenak. Ia menghela nafas sambil mencuri pandang pada kawanan harimau. Ia mengecek apakah khutbahnya berpengaruh atau tidak. Setelah memastikan bahwa kawanan harimau terpengaruh oleh khutbahnya, ia berkata lagi:

Surga diberikan kepada mereka yang lemah lembut
Kekuatan tenaga dan kekasaran sikap akan menciptakan bencana dan neraka
Bertobatlah kalian yang masih mengejar-ngejar kenikmatan duniawi.
Ketahuilah, kemiskinan lebih manis dari segala harta benda.
Wahai kalian yang menikmati penyembelihan kambing.

Coba kau bunuh dirimu sendiri, niscaya kalian akan mendapatkan prestasi mulia.

Belajarlah pada rumput, kaumku semua. Rumput, lihatlah rumput. Walaupun ia selalu terinjak, rumput tak pernah punah. Ia terus tumbuh dan tumbuh lagi. Itulah kekuatan sejati, tak pernah punah karena ditindas. Rahasia rumput adalah kelembutan, kemiskinan, dan ketakberdayaan. Dalam ketakberdayaan, dalam sikap menerima kemiskinan ditemukan kekuatan.

Jika kalian bijaksana, ayo lupakan dirimu. Lupakan kebiasaanmu memburu dan merasa puas dengan hasil buruanmu. Tahanlah dirimu kembali pada kebiasaan liar. Lupakan dirimu. Kalau kalian tak sanggup menahan diri, melupakan dirimu, berarti kalian mengidap kegilaan. Saya yakin, tak ada satupun yang mau menjadi gila. Maka palingkan perhatianmu dari kesuksesan duniawi, agar jiwamu dan cintamu melangit tinggi.

Ketahuilah dunia ini tidak abadi, sementara saja. Jangan terjebak untuk mencari-cari kesenangan di dunia ini, karena semuanya akan hancur dan saat itu kalian akan kecewa. Dunia ini seperti gelembung sabun, bundar dan terbang ke sana ke mari juga menarik perhatianmu. Kejarlah gelembung sabun itu seperti kebiasaanmu, kejarlah gelembung sabun itu agar kamu kecewa. Karena begitu kamu menadapatkannya, gelembung sabun itu akan pecah dan hanya sisa basah belaka.

Kawanan harimau yang sudah kelelahan melakukan pemburuan setiap hari, seperti mendapat pembenaran. “Iya juga ya, ngapain juga capek-capek berburu. Mendingan duduk santai dan menikmati cinta…apalagi kata Sang Nabi kita ini memberi garansi, dengan kelemahlembutan kita akan mendapatkan surga…surga…bo!”

Lalu kawanan harimau itu mengikuti ajaran agama yang dibawa kambing. Harimau-harimau itu kini gemar berpuasa dan berpantang makan daging. Mereka menahan kemarahan mereka dan mengembangkan sikap welas asih. Tumbuh-tumbuhan yang mereka jadikan makanan lambat laun menumpulkan gigi mereka. Berangsur-angsur pupus sudah kegarangan hariamu-harimau ini. Badan mereka lemah, langkah mereka pun lelah tak bertenaga. Tak ada geraman, tak ada ancaman. Mereka menjadi kawanan binatang yang miskin, waswas, dan rendah amal kebajikan.

***

Nah, bercermin pada dongeng ini, kita bisa memilih: menjadi kambing atau harimau. Bila kita merasa sebagai kambing yang tertindas, Iqbal memberi kita nasehat:

Hai manusia yang lemah
Lindungi dirimu
Biar terjerat penderitaan
Asalkan lolos dari bencana kebiadaban
Badai pasti berlalu
Tapi apabila diperdaya dengan kesumat
Kekacauan besar yang terpikirkan

So, kata Iqbal, kalaupun kita dalam keadaan lemah kita tak boleh menyerah. Kita harus mencoba menyelesaikannya. Caranya berpikirlah seperti kambing tua yang menyamar jadi Nabi Kambing. Jangan pula mendendam terlalu dalam, dendam akan membuat kita jadi terjebak pada pikiran yang kacau. Bertahanlah, selesaikan masalah satu persatu, kuasai pikiran musuhmu sampai mereka lemah.

Kalau saya sih membayangkan diri sebagai harimau yang tertipu itu. Harimau yang semula ganas, namun karena terpedaya tipuan Nabi Kambing lalu menjadi bangsa yang penurut dan terlalu lemah lembut. Saya adalah harimau-harimau itu, pada badan ini masih ada cakar dan taring yang siap untuk mencabik-cabik setiap kambing. Namun cakar dan taring ini sudah lama tak digunakan, saya sudah lupa pada bagaimana meloncat dan menyergap. Saya telah menjadi harimau yang kambing, harimau banci.

Sebagai harimau banci saya akan membangkitkan seluruh keberanian yang dulu pernah ada. Saya akan kembali menjadi harimau dan kembali memburu, kembali menjadi raja hutan. Karena itu saya akan menyusun langkah-langkah menuju penemuan diri saya yang sejati, sebagai harimau, sebagai penentu kehidupan, bukan sebagai pengekor yang selalu waswas.

 

© 2007 SUNANGUNUNGDJATI: Nabi