Rabu, 04 Februari 2009

Minat

Menumbuhkan Minat Baca Anak
Oleh SITTA R MUSLIMAH

Kegiatan membaca adalah salah satu faktor penentu kecerdasan seseorang. Dengan rajin membaca, seseorang akan memperoleh ilmu dan wawasan, sehingga dirinya dapat mengembangkan potensi ke arah yang positif. Maka, kegiatan bertajuk Hari Kunjungan Perpustakaan, saya pikir adalah jalan menuju tersedianya “library for all”, yang membutuhkan dukungan kalangan pendidik agar menumbuhkan minat baca dalam diri peserta didiknya (anak-anak).

Kegiatan membaca yang membudaya, akan tercipta ketika siswa atau siswi – sebagai seorang murid – di suatu instansi pendidikan membiasakan berkunjung ke perpustakaan. Pembiasaan itu harus dikawal dengan kultur di lingkungan pendidikan yang mengarah kepada pertumbuhan minat baca anak didiknya. Menurut data tahun 2007, tercatat ada 63.717 perpustakaan di Jabar, dikelola 23.298 pustakawan (Kompas Jabar, 22/10/2008), yang berperan sebagai pendorong minat baca masyarakat, khususnya anak-anak.

Dengan jumlah 1.500 orang yang tercatat berkunjung ke Perpustakaan Daerah Jabar per hari, mengindikasikan tradisi membaca menampakkan iklim yang membaik. Oleh karenanya, dukungan berbagai pihak sangat diperlukan untuk merealisasikan cita-cita bangsa, yakni mencetak generasi bangsa yang cerdas dan bermartabat, yang bisa diraih dengan membudayakan kegiatan membaca di kalangan anak-anak. Untuk kepentingan masa depan, semestinya kita mulai merancang strategi penanaman kesadaran membaca secara mengasyikkan terhadap anak-anak, agar mereka mau berkunjung ke perpustakaan dan membaca buku.

Dukungan pihak sekolah

Supaya kegiatan membaca membudaya, diperlukan peran serta pihak sekolah – terutama guru – untuk menanamkan kesadaran dalam diri anak, bahwa membaca adalah kegiatan yang mengasyikkan. Misalnya, mengadakan wisata outbond selama satu hari yang disertai dengan penanaman motivasi mereka menyenangi kegiatan membaca. Dalam tataran praktis, mereka disuruh menyelesaikan bacaan satu eksemplar buku atau komik tipis yang didalamnya terkandung muatan edukasi. Setelah menyelesaikan satu eksemplar buku atau komik tipis itu, mereka dipersilahkan mengapresiasi isi yang terkandung di dalamnya.

Disamping itu, dalam kegiatan wis ata outbound ini juga diadakan perlombaan mengarang, menulis puisi, dan lomba mewarnai bagi anak-anak. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan minat baca dalam diri anak sejak usia dini, sehingga ketika dewasa nanti, mereka telah terbiasa membaca, menulis dan berkunjung ke perpustakaan untuk menambah wawasan keilmuan. Program wis ata outbond, dilaksanakan pihak sekolah selama satu kali per dua minggu. Misalnya, setiap hari Minggu, oran gtua dan anak-anaknya diikutsertakan dalam program outbond penanaman kesadaran budaya membaca, sehingga ketika selesai melaksanakan program ini, oran gtua dan anak menjadi akrab dengan tradisi membaca dalam kehidupan sehari-harinya.

Dengan program ini juga, hubungan harmonis antara guru, oran gtua dan anak diharapkan akan terjalin harmonis. Selain program ini juga, pihak sekolah selayaknya melengkapi sarana dan prasarana perpustakaan mini untuk para siswa dan siswinya di lingkungan sekolah, sehingga kebutuhan terhadap buku terpenuhi. Caranya, dengan mendirikan perpustakaan yang dilengkapi buku-buku yang sesuai dengan dunia anak-anak, dan ini adalah salah satu bentuk dukungan pihak sekolah terhadap program penanaman anak terhadap kegaitan membaca sejak dini.

Maka, ketika dalam aktivitas sehari-hari, minimalnya ketika mereka berada di lingkungan sekolah menyukai kegiatan membaca; kunjungan ke perpustakaan akan meningkat. Dengan peningkatan pengunjung ke perpustakaan juga, merupakan pertanda bahwa kualitas hidup warga-bangsa di masa mendatang, mengarah kepada produktivitas. Sebab, dengan membiasakan kegiatan membaca, ilmu dan wawasan semakin bertambah, sehingga di masa mendatang mereka mampu menjadi generasi penerus bangsa yang berwawasan luas, arif dan bijaksana.

Iklim kondusif keluarga

Lingkungan keluarga yang kondusif dengan kebiasaan membaca yang tinggi, akan mempengaruhi anak-anak untuk mengadofsi kebiasaan itu sehingga membekas dalam dirinya. Orang tua yang selalu berlangganan Koran, majalah, dan membeli buku; tentunya sangat berguna bagi pembiasaan membaca anak-anak. Maka, dengan iklim kondusif dalam keluarga seperti inilah, program membiasakan anak untuk membaca dan berkunjung ke perpustakaan menjadi lebih mudah untuk dilaksanakan.

Dalam tinjaun psikologi behaviorisme, kebiasaan yang dilakukan lingkungan keluarga, kalau ditularkan kepada anak-anak akan membentuk kepribadiannya sehingga menyukai aktivitas membaca. Misalnya, di ruangan keluarga, tersedia bacaaan yang dikhususkan untuk konsumsi anak-anak, seperti komik, cerita, koran anak, majalah anak, dan buku panduan untuk anak-anak. Ketika sedang berkumpul dengan anak-anak juga, oran g tua hendaknya menemai anak membaca buku atau yang lainnya. Ini dimaksudkan agar anak dapat menanyakan dan mendiskusikan materi yang terdapat dalam buku tersebut.

Dengan iklim keluarga yang kondusif, dengan kebiasaan membaca yang tinggi, akan menumbuhkan minat baca dan berkunjung ke perpustakaan dalam diri anak. Kalau betul bahwa mencari ilmu itu dapat meningkatkan derajat seseorang, alangkah baiknya jika mulai saat ini, sebuah keluarga melengkapi rumahnya dengan lemari khusus untuk buku bacaan anak-anak. Kemudian, mengajak mengunjungi toko buku setiap kali bepergian ke luar rumah juga, akan menumbuhkan minat baca mereka.

Ketika kegiatan membaca telah membudaya, perkembangan jiwa anak-anak akan sesuai dengan yang diharapkan, demi terciptanya kegiatan membaca dalam diri anak. Setelah, di dalam dirinya terpateri minat baca yang tinggi, boleh jadi itu akan mendukung program hari berkunjung ke perpustakaan yang diadakan BAPUSDA, beberapa minggu ke belakang. Semoga!

SITTA R MUSLIMAH. Pemerhati Perkembangan Anak Usia Dini, Pengajar di Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN SGD Bandung. [Artikel dimuat Kompas jabar, 20 November 2008]

 

© 2007 SUNANGUNUNGDJATI: Minat